Piteratur Kata

Jumat, 16 April 2021

[Puisi] Bapa - Zamzam Piter

April 16, 2021 0
[Puisi] Bapa - Zamzam Piter

 

[Puisi] Bapa - Zamzam Piter


Aku cemburu pada pagi,

yang menjadi awal pertemuanmu.

Aku cemburu pada malam,

yang menjadi akhir perbincanganmu.


Aku berprotes lepas,

tapi keduanya menentang keras.

Katanya, kau sedang membujuk hari,

agar kutemukan firdaus nanti.


Bandung, 17 April 2020

Kamis, 15 April 2021

[Puisi] Rendamlah - Zamzam Piter

April 15, 2021 0
[Puisi] Rendamlah - Zamzam Piter
[Puisi] Rendamlah - Zamzam Piter


Ada apa?

Pendarmu pudar,

Hingga lapis luarku mengering,

Dan aku menggigil dingin.


Ada apa?

Ikhsaku terampas sedikit demi sedikit,

Bahkan usiku tersumpal oleh sampul berjudul elit.


Jika dosaku terlanjut lekat,

Rendamlah jiwaku di liur sucimu yang hangat.

[Puisi] Chamber Orchestra of Poet "Another morning Another Sunrise" directed by Ilyas Mate

April 15, 2021 0
[Puisi] Chamber Orchestra of Poet "Another morning Another Sunrise" directed by Ilyas Mate
Poster Chamber Orcherstra of Poet


Chamber Orchestra of Poet "Another morning Another Sunrise" 

"Rekam peristiwa yang bercerita tentang pagi dan matahari"


Manusia dan alam adalah kesatuan utuh dari kehidupan. Keduanya saling bersinggungan hingga menciptakan peristiwa, membentuk cerita, terendap menjadi ingatan, dan melebur dalam "rasa". Dan pada puncaknya, jiwa merespon rasa menjadi sebuah emosi, begitu seterusnya, hingga adam dan hawa melahirkan kisah termurun yang tak henti diperbarui oleh pagi.


Pada hakikatnya waktu terus berulang, tetapi tidak semua peristiwa didalamnya dapat kita ulang. Kita kadang merindukan sebuah kisah terjadi kembali, tapi usang, akan hilang dan menguap, hingga harap tetap akan menjadi harap.


Sebuah kolaborasi karya kolektif dari pelbagai daerah tentang rekam peristiwa berisi puisi, musik, dan sinema.


Ianya puisi dibacakan oleh beberapa orang dengan emosi sesuai tafsirnya sendiri, dibalut musik orkestra dan potret kehidupan sebagai ornamen dan ilustrasi.


Lahirnya karya ini semoga menjadi inspirasi dan energi untuk kembali mengawali hari, bertemu pagi.


Dan sajian lengkap Orkestra Puisi tersebut dapat kalian lihat di bawah ini:

 

Minggu, 03 Mei 2020

[Cerpen] False Awakening - Zamzam Piter

Mei 03, 2020 0
[Cerpen] False Awakening - Zamzam Piter
[Cerpen] False Awakening - Zamzam Piter


Aku masih tertunduk, orang-orang mengajakku untuk pulang, aku diam, menggeleng tak dapat bicara. Aku, masih malu akan kesalahanku.
"kalian duluan saja", kataku.

Sebelum-sebelumnya memang aku pernah juga mendapat hukuman, tapi rasanya, hukuman kali ini begitu berat. Sampai-sampai aku merasa lelah sekali, tidak hanya lelah fisik, bahkan hati dan perasaan pun ikut merasa lelah seperi habis dikejar oleh sesuatu.

Di tempat itu melamun cukup lama, lalu lemah menjatuhkan diri.
Beberapa saat aku merasa ada yang menggoyang-goyangkan tubuhku, juga sayup terdengar seperti sebuah suara memanggil-manggil namaku.

"Mas.. mas.."
Suara itu terus berulang, aku berusaha bangun, memicingkan mata.
"Euh.."
"Mas bangun, kenapa kamu disini?"
"Harusnya aku yang bertanya begitu"
"Yasudah bangun dulu mas, kau mungkin kelelahan, lalu tertidur dimana saja, dan mengigau, ah ad-ada saja"

Aku bangun dengan masih setengah sadar, ku teliti lagi wajah itu, ya benar itu memang istriku, Ratih, ia datang menghamipiri dan memapahku, kulihat wajahnya, ia tersenyum. -- Aku sudah lama pergi ke luar kota, berbulan-bulan, bekerja terlalu asik, melupakan hal-hal lain, bertindak semaunya. Dan dua hari yang lalu aku mendapatkan sebuah musibah, keadaanku disana hancur, aku rasanya jadi ingat istriku, ratih. Dan hari ini aku pulang, ingin bercerita bahwa aku disana menderita. -- di perjalanan menuju rumah kami bercakap-cakap.

"Aku sangat merindukanmu mas..", 
"Maaf aku telah pergi begitu lama  membiarkanmu terombang-ambing dalam kebingungan beberapa bulan ini sungguh aku minta maaf, kau mau memaafkanku?"
"Iya, aku memaafkanmu mas, tapi sepertinya ada yang sedang menganggu pikiranmu mas?"
"Eh.. tidak ratih, nanti saja"
"Baiklah kalau begitu, kabarmu selama disana bagaimana mas?"
Aku melamun bingung, beberapa pertanyaan masih menggangguku, termasuk hukuman itu.
"Mas.. kenapa diam saja"
"Mmm tidak apa-apa aku hanya terlampau haru bisa kembali ke rumah kita, sudah jangan pikirkan kondisiku disana hehe", aku tersenyum bingung, menatap datar ke depan sambil terus berjalan dipapah oleh istriku.
"Ya sudah mas, kamu juga jangan terlalu memikirkan soal hukuman itu.."
"EHHH..!!"

Aku sontak kaget oleh kalimat istriku itu, masalahnya, kenapa.. soal hukuman itu, ratih.. Dengan kalimatnya pula membuat aku sadar, membuka mata ku lebih pasti, rupanya aku baru saja terbangun dari mimpi. Apa-apaan ini? Aku memegang dan sedikit menekan kepalaku, rasanya aku pusing, bingung sekali dengan hari ini. Pikiranku mungkin lelah. Aku menghembus nafas untuk menenangkan diri. Aku meilhat sekitar. Dan tidak salah lagi, tadi aku tengah bermimpi di dalam mimpi. Atau barangkali kalian pernah merasa telah sadar melakukan aktivitas dan lainnya padahal itu masih berada dalam mimpi? Istilah untuk peristiwa tersebut dinamakan False Awakening, itu yang sekarang ku alami.

Dan ketika yakin bahwa aku telah sadar sepenuhnya, dada ini kembali sesak, sesak sekali Tuhan. Perlahan tubuhku mulai melemas, kepalaku ku jatuhkan ke bongkahan tanah itu, memeluk kembali nisan, dengan tangis sejadi-jadinya. Aku menyesali kembali kesalahanku karena sengaja melupakan pulang, dan kini hukuman bagiku, istriku telah pergi berpulang, pulang untuk selama-lamanya menuju Tuhan. "Ratih.. ratih.. ini aku sayang, lihatlah, ini aku, aku sudah pulang sekarang..".

Bandung, 27 April 2020

Jumat, 01 Mei 2020

[Cerpen] Pembunuhan dibalik kursi - Zamzam Piter

Mei 01, 2020 4
[Cerpen] Pembunuhan dibalik kursi - Zamzam Piter

Empat buah pasang mata masih memandangku dari kejauhan. Aku sangat berhati-hati untuk tidak membuat gerakan yang menimbulkan kecurigaan. Aku hanya harus tetap duduk tenang pada kursi lebar dipinggir jalan ini.
Lalu lintas jalan cukup padat jika aku amati. Rasanya sulit sekali mencari celah untuk mencoba menyebrang ke sisi jalan lain agar aku dapat menjauh dari orang-orang tersebut.

Sudut mataku melihat satu diantara mereka ada yang berjalan mendekatiku dengan berpura-pura sedang menelpon. Aku lantas semakin waspada memikirkan kemungkinan yang dapat aku ambil. Belum lagi satu lainnya ikut menyusul dengan beberapa kali berpura-pura diam pada salah satu spot mengambil foto dari kamera smartphonenya. Detak jantungku semakin kencang, jelas mereka orang-orang terlatih, terlatih mengelabui, memperdaya, menghilangkan jejak, yang akan bekerja secara senyap tanpa menimbulkan kecurigaan orang lain, dan aku hanya akan menjadi korban dalam keramaian tanpa akan ada yang sadar dan peduli.

Detak jantungku semakin kecang, aku panik, kepalaku menengok ke kiri-kanan memikirkan kemungkinan langkah terbaik, waktu ku sempit, dan jarak mereka semakin dekat saja dengan kursiku ini dan.. "BOOM".. Jangtungku melonjak sesaat serasa tertembak karena begitu tertekannya ketika melihat mereka melewatiku, kabar baiknya, yaaa, rupanya mereka hanya lewat begitu saja, "huh..." aku mengatur nafas, aneh memang, ini mungkin hanya pikiranku saja. Mereka itu ternyata memang orang biasa dengan pakaian yang kebetulan sama dengan yang biasa digambarkan dalam berita. Aku menunduk sambil memejamkan mataku dan tetap mengatur nafas.

Baru saja berhasil menenangkan nafas, tiba-tiba saja.. "Dug!", dipinggirku seseorang tengah duduk, aku kaget dengan caranya yang tiba-tiba muncul tanpa sempat aku perhatikan sebelumnya, aku menoleh dan dia tersenyum. Salah, tebakanku rupanya salah, gerakan mereka lewat tadi hanya gimik untuk mengalihkan perhatianku dan mengirimkan orang lain disampingku secara halus.

Tubuhnya lebih mendekat lagi padaku dan entah apa yang akan dia lakukan tangannya sepeti bermaksud memegang kepalaku, namun tidak terjadi karena aku dengan cepat segera melompat pergi dan lari. 
"Hei kenapa pergi?", mendengarnya mengucap kalimat itu aku seakan mendapat ancaman yang memompa tubuhku untuk lari lebih cepat lagi.
"Siapa pula dia, meskipun dia seseorang yang merupakan bagian dari keluarga yang baru aku ketahui, atau teman lama yang telah aku lupa wajahnya, tapi caranya muncul membuat aku harus berhati-hati. Bisa saja dia memang bagian dari mesin pembunuh yang sering diberitakan itu. Datang secara halus, bersikap ramah dan menikam diam-diam, pergi dengan elegan bagai sebuah pertunjukan sulap yang tak dapat terlihat detail proses kejadiannya..", pikiranku bersahutan.

Ah tapi entahlah. Entah benar atau salah prasangka ku ini, yang pasti aku tetap harus waspada. Akhir-akhir ini rasanya aku jadi terlalu cepat parno karena mendengar banyak berita aneh di negeri ini, khususnya soal "Pembunuhan dibalik kursi", bagaimana berita itu tidak menjadi teror, bayangkan saja tragedi pembunuhan yang biasanya menimbulkan keributan suara tembakan atau desingan logam yang beradu, kali ini sudah kalah populer oleh tragedi pembunuhan yang dapat menghilangkan beribu nyawa hanya dengan duduk manis dikursi, sunyi, dan tak ada sidik jari.

Aku masih berjalan meskipun kali ini jalanku lebih lambat dari sebelumnya, mengingat aku perlu mengatur nafas, dan sepertinya sudah lebih jauh dari tempat duduk tadi. Dan di ujung jalan itu aku seperti melihat perlindungan terbaik ku, itu dia pengemis yang seringkali aku datangi, rasanya lebih baik pergi ke sana saja, mungkin kita bisa bekerja sama jika ada ancaman, setidaknya orang itu mengenaliku amat baik.

Dan benar saja, dari kejauhan seperti biasa dia melambaikan tangannya, "Hei hahaha sini.. sini.. rupanya kau masih juga mengunjungiku hari ini, kemari biar kuceritakan lagi keadaanku dan negeriku saat ini.. ya.. ya.. begitu.. sini duduk manis kucing pintar..".

Bandung, 26 April 2020

Selasa, 31 Desember 2019

{Puisi} Jiwaku hilang - Zamzam Piter Nugraha

Desember 31, 2019 0
{Puisi} Jiwaku hilang - Zamzam Piter Nugraha


Kemana hilang, jiwa yang terang
Teruap panas dari kefanaan
Kemana pergi, jiwa yang suci
Tergores kasar batu kehidupan

Jiwa, aku, jiwa, hilang
Jiwaku hilang

Bandung, 27 Desember 2019
img src pshycology today

Senin, 30 Desember 2019

{Puisi} Ke-"aku"-an? - Zamzam Piter Nugraha

Desember 30, 2019 0
{Puisi} Ke-"aku"-an? - Zamzam Piter Nugraha


Aku bernama manusia,
Aku hidup, dan bersenang-senang,
Aku lahir terpasang,
Namanya diambil dari namaku,
Ia, bernama kemanusiaan,
Aku merasa damai-damai saja tanpanya,
Maka kubunuhlah ia.

Aku bernama kemanusiaan,
Aku berada dibalik kendali ia,
yang berjuluk insan,
Aku lahir terpasung,
terpenjara, terkurung,
dan aku berbicara dalam ketiadaan,
Jelas, karena aku telah lama mati,
Entah sejak kapan.

Selasa, 03 Desember 2019

{Puisi} Waktunya Habis - Zamzam Piter Nugraha

Desember 03, 2019 0
{Puisi} Waktunya Habis - Zamzam Piter Nugraha
Ilustrasi Waktu


"Waktunya habis",
kata-Mu tenang,
dan aku bimbang.

Lembaran yang aku terima belum aku selesaikan,
malah dengan merasa amannya, berlena leha,
seakan waktu ujiannya masih terasa lama.
Aku panik tanpa daya.

Tuhan,
kalau boleh,
beri tambahan waktu,
hingga aku menyelesaikan ujian ini saja.

Logika ku masih menerka, dan berfikir ciut
bahwa jika tidak selesai sekarang,
ujian ini akan Kau layangkan di waktu lainnya.
Dan aku hanya tidak ingin terus menerus berkutat dengan ujian yang sama.

Bandung, 8 Maret 2019

Selasa, 30 Oktober 2018

{Puisi} Damai dan Hujan - Zamzam Piter Nugraha

Oktober 30, 2018 0
{Puisi} Damai dan Hujan - Zamzam Piter Nugraha


Frekuensi detak yang melambat teratur,
Seiring turunnya pembawa damai,
Berwujud air suci,
Tanpa pihak dan tanpa warna

Mereka yang turun beribu-ribu,
Sebagian penyampai rindu,
Sebagian pembawa kenangan,
Sebagian lagi membuat tenang,

Hanya saja ini selalu terjadi,
Ada perih dibalik itu,
Yang aku benci setelahnya,
Yaitu kala hujan berhenti dan damai perlahan mati

(Bandung, 30 Oktober 2018)
Zamzam Piter Nugraha

img src: newstalkzb

Senin, 29 Oktober 2018

{Puisi} Kisah aku dan Dia - Zamzam Piter Nugraha

Oktober 29, 2018 0
{Puisi} Kisah aku dan Dia - Zamzam Piter Nugraha


Aku, lahir, terombang ambing, kacau, dan mati
Yang terlahir sebagai debu,
Yang mudah terbang dan berpindah,
Tanpa tahu akan kemana angin membawanya

Aku yang sesat dan buntu,
Terkurung oleh ruang hampa ketidakpastian,
Gejolak jiwa yang memaksa sang emosi untuk tumbuh dan meraja,
Tanpa kendali dan berterus lumrah

Hingga datanglah ia,
Yang buat sebutir debu yang terkurung ini, 
Lepas, lalu memilih, angin mana yang akan diikutinya

Yang buat sebutir debu terombang ambing ini,
Menjadi batu yang kokoh dan menetap dengan pijakannya
Yang buat aku kembali percaya dan ingat,
Bahwa aku Manusia,  Seorang khalifah dan juga seorang hamba

(Bandung, 28 Agustus 2018)
Zamzam Piter Nugraha

img src: almanac

Sabtu, 27 Oktober 2018

Berjabat lewat tulisan, Kenalkan!

Oktober 27, 2018 1
Berjabat lewat tulisan, Kenalkan!

Perkenalkan, aku adalah Zamzam Piter Nugraha, seorang insan yang terlahir dengan jenis kelamin pria, di kota indah berjuluk Paris van Java, tahun 1997 tanggal 9 di bulan kelima. Terlahir dalam keluarga Islam dari pasangan ibu dan ayah bersuku Sunda, tapi yang pasti aku adalah seorang anak Indonesia.

Cita-cita ku waktu kecil adalah menjadi seorang dokter gigi, tanpa sebab dan tanpa alasan yang pasti. Sampai keluarga ku terheran seorang anak kecil yang kala itu di cap sebagai anak yang apik dan mudah jijik, ingin berhadapan dengan sebuah profesi dimana setiap harinya akan bertemu dengan gigi dari macam bau yang bervariasi. hehe bercanda, tanpa ibu bapak dokter ini aku tak akan bisa memeriksa dan mencabut gigi.

Kebiasaan ku waktu kecil adalah bercerita dan mendongengkan suatu kisah terkenal di suku sunda yaitu "kabayan", di hadapan bapak mamah nenek kakek bibi dan paman. Kakek ku yang mendengarkan dongeng ku sambil makan tak jarang keselek karena menahan tawa. Aku ingat masa itu, tapi aku tak ingat alasan bahwa dahulu aku adalah seseorang yang terbuka seperti itu.

Film favorit ku kala kecil yaitu power ranger, go go go power ranger. Sampai disuatu sesi foto dimana orang tuaku ingin mengabadikan momen saat-saat kecil ku di sebuah studio foto, aku berpose layaknya salah satu pose power ranger. Untuk yang ini aku lupa, tapi keluarga ku selalu mengingatkannya, aku berpose seperti itu sambil bernyanyi, "kimino wateru mala intakala .." katanya, entahlah bagaimana liriknya. Bahkan katanya aku sering menangis jika power ranger favoritku dalam film kalah.

Waktu kecil aku pernah mengalami kecelakaan ketika hendak pulang dari salah satu acara bersama mamah dan bibi, kala itu aku bisa dibilang bandel dan mengabaikan permintaan mamah ku untuk tidak lepas dari genggamannya, hingga sebuah motor pun menabrak dan membuatku terpental dan berputar layaknya melakukan gerakan B-twist tapi dengan kepala mendarat di sebuah batu yang cukup besar, sampai itu aku tak ingat lagi. Hingga saat mataku terbuka aku sudah berada di sebuah kasur rumah sakit dengan mamah yang menangis di sampingku, zamzam kecil kala itu bingung dan malah ikut sedih ada apa ini. haha
Kepala ku pun di jahit entah berapa jahitan aku lupa.

Saat umurku sudah cukup aku disekolahkan di salah satu Sekolah Dasar bekas sekolah mamahku dulu di kota tempat tinggal ku kala itu yaitu Cianjur. Sampai kelas lima aku bersama orang tua ku pindah ke Bandung dengan otomatis sekolah ku pun dipindahkan ke Bandung. Disana lagi-lagi aku di sekolahkan di tempat dimana Bapak ku dulu bersekolah.


Kisah ku ini akan terus berlanjut, 
hingga nanti tiba nya maut.
(1997-????)

{Puisi} WUKU TASEBU - Zamzam Piter Nugraha

Oktober 27, 2018 0
{Puisi} WUKU TASEBU - Zamzam Piter Nugraha

Ini bermula saat gairah angan datang menepi,
Dan begitu antusias merancang tumpukan mimpi,
Banyak jalan untuk sampai,
Namun sesat kadang menghadang, membuat mimpi hancur terurai.

Hingga masa hampa kekang meringkus,
Itu kala asa telah tibanya putus,
Lepas itu jiwa kosong tanpa harap,
Sampai mata tak jelas lagi kemana tatap.

Sosok waktu acuh pergi campakan,
Sampai hanya tinggal saja berteman penyesalan,
Emosi waktu dan jiwa lalu beradu,
Lain tertawa, lain pecah tersedu-sedu.

Namun ada tenang datang menghembus,
Kala butiran hujan turun mengelus halus,
Lalu jiwa bangun dan kembali sadar,
Ada mimpi lain menolak untuk tak sama pudar.

Mimpi dibentuk, ruhnya pun tercipta,
Tanpa sadar, ia lah yang sejatinya meminta,
Pelan pasti, ucap Wuku Tasebu,
Wujudkan Aku, agar Tak Sebatas Bualan semu.

(Bandung, 23 Oktober 2017)
Zamzam Piter Nugraha

img src: dissolve

Jumat, 26 Oktober 2018

{Puisi} Aku dulu berfikir - Zamzam Piter Nugraha

Oktober 26, 2018 0
{Puisi} Aku dulu berfikir - Zamzam Piter Nugraha



Aku dulu berfikir,
 agar suatu hari nanti dapat terbang seperti phoenix di kisah-kisah khayalan,
yang bebas tanpa adanya beban,

Aku dulu berfikir,
agar suatu hari nanti dapat menjadi kuat seperti thor,
 yang tak seorang pun dapat mengangkat palunya kecuali dia,

Aku dulu berfikir,
agar suatu hari nanti dapat berkuasa,
seperti  penjajah menguasai wilayah yang ditujunya

Tapi aku sadar,

Hidup bukan tentang khayalan yang keindahannya dapat mudah direkayasa
Hdup bukan tentang mencari kekuatan lalu merendahkan
Hidup bukan tentang kekuasaan yang berujung singkatnya kepuasan

Tak ada khayalan, tak ada kekuatan, tak ada kekuasaan.
Hidup itu kelemahan bagi manusia yang terlilip debu  keimortalan.

(Bandung, 26 Oktober 2018)
Zamzam Piter Nugraha