Aku masih tertunduk, orang-orang mengajakku untuk pulang, aku diam, menggeleng tak dapat bicara. Aku, masih malu akan kesalahanku.
"kalian duluan saja", kataku.
Sebelum-sebelumnya memang aku pernah juga mendapat hukuman, tapi rasanya, hukuman kali ini begitu berat. Sampai-sampai aku merasa lelah sekali, tidak hanya lelah fisik, bahkan hati dan perasaan pun ikut merasa lelah seperi habis dikejar oleh sesuatu.
Di tempat itu melamun cukup lama, lalu lemah menjatuhkan diri.
Beberapa saat aku merasa ada yang menggoyang-goyangkan tubuhku, juga sayup terdengar seperti sebuah suara memanggil-manggil namaku.
"Mas.. mas.."
Suara itu terus berulang, aku berusaha bangun, memicingkan mata.
"Euh.."
"Mas bangun, kenapa kamu disini?"
"Harusnya aku yang bertanya begitu"
"Yasudah bangun dulu mas, kau mungkin kelelahan, lalu tertidur dimana saja, dan mengigau, ah ad-ada saja"
Aku bangun dengan masih setengah sadar, ku teliti lagi wajah itu, ya benar itu memang istriku, Ratih, ia datang menghamipiri dan memapahku, kulihat wajahnya, ia tersenyum. -- Aku sudah lama pergi ke luar kota, berbulan-bulan, bekerja terlalu asik, melupakan hal-hal lain, bertindak semaunya. Dan dua hari yang lalu aku mendapatkan sebuah musibah, keadaanku disana hancur, aku rasanya jadi ingat istriku, ratih. Dan hari ini aku pulang, ingin bercerita bahwa aku disana menderita. -- di perjalanan menuju rumah kami bercakap-cakap.
"Aku sangat merindukanmu mas..",
"Maaf aku telah pergi begitu lama membiarkanmu terombang-ambing dalam kebingungan beberapa bulan ini sungguh aku minta maaf, kau mau memaafkanku?"
"Iya, aku memaafkanmu mas, tapi sepertinya ada yang sedang menganggu pikiranmu mas?"
"Eh.. tidak ratih, nanti saja"
"Baiklah kalau begitu, kabarmu selama disana bagaimana mas?"
Aku melamun bingung, beberapa pertanyaan masih menggangguku, termasuk hukuman itu.
"Mas.. kenapa diam saja"
"Mmm tidak apa-apa aku hanya terlampau haru bisa kembali ke rumah kita, sudah jangan pikirkan kondisiku disana hehe", aku tersenyum bingung, menatap datar ke depan sambil terus berjalan dipapah oleh istriku.
"Ya sudah mas, kamu juga jangan terlalu memikirkan soal hukuman itu.."
"EHHH..!!"
Aku sontak kaget oleh kalimat istriku itu, masalahnya, kenapa.. soal hukuman itu, ratih.. Dengan kalimatnya pula membuat aku sadar, membuka mata ku lebih pasti, rupanya aku baru saja terbangun dari mimpi. Apa-apaan ini? Aku memegang dan sedikit menekan kepalaku, rasanya aku pusing, bingung sekali dengan hari ini. Pikiranku mungkin lelah. Aku menghembus nafas untuk menenangkan diri. Aku meilhat sekitar. Dan tidak salah lagi, tadi aku tengah bermimpi di dalam mimpi. Atau barangkali kalian pernah merasa telah sadar melakukan aktivitas dan lainnya padahal itu masih berada dalam mimpi? Istilah untuk peristiwa tersebut dinamakan False Awakening, itu yang sekarang ku alami.
Dan ketika yakin bahwa aku telah sadar sepenuhnya, dada ini kembali sesak, sesak sekali Tuhan. Perlahan tubuhku mulai melemas, kepalaku ku jatuhkan ke bongkahan tanah itu, memeluk kembali nisan, dengan tangis sejadi-jadinya. Aku menyesali kembali kesalahanku karena sengaja melupakan pulang, dan kini hukuman bagiku, istriku telah pergi berpulang, pulang untuk selama-lamanya menuju Tuhan. "Ratih.. ratih.. ini aku sayang, lihatlah, ini aku, aku sudah pulang sekarang..".
Bandung, 27 April 2020
![[Cerpen] False Awakening - Zamzam Piter [Cerpen] False Awakening - Zamzam Piter](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfgKDExwES9aQGAnxdU-TkTHUXuAXFPNv9GkzAX3RJH4btCr_qu-B4RWJ-hHkLbMM6pNl9KuEZ8k-8D1seslthCpBeiRKp3KkFLsH3EJz28VkShJwS20p5hTJVFsQDWtKjWY3wH3WqgXc/s400/pnmaaa_0000_Cerpen---------False-Awakening-------Zamzam-Piter-copy.png)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar