[Cerpen] Pembunuhan dibalik kursi - Zamzam Piter - Piteratur Kata

Jumat, 01 Mei 2020

[Cerpen] Pembunuhan dibalik kursi - Zamzam Piter


Empat buah pasang mata masih memandangku dari kejauhan. Aku sangat berhati-hati untuk tidak membuat gerakan yang menimbulkan kecurigaan. Aku hanya harus tetap duduk tenang pada kursi lebar dipinggir jalan ini.
Lalu lintas jalan cukup padat jika aku amati. Rasanya sulit sekali mencari celah untuk mencoba menyebrang ke sisi jalan lain agar aku dapat menjauh dari orang-orang tersebut.

Sudut mataku melihat satu diantara mereka ada yang berjalan mendekatiku dengan berpura-pura sedang menelpon. Aku lantas semakin waspada memikirkan kemungkinan yang dapat aku ambil. Belum lagi satu lainnya ikut menyusul dengan beberapa kali berpura-pura diam pada salah satu spot mengambil foto dari kamera smartphonenya. Detak jantungku semakin kencang, jelas mereka orang-orang terlatih, terlatih mengelabui, memperdaya, menghilangkan jejak, yang akan bekerja secara senyap tanpa menimbulkan kecurigaan orang lain, dan aku hanya akan menjadi korban dalam keramaian tanpa akan ada yang sadar dan peduli.

Detak jantungku semakin kecang, aku panik, kepalaku menengok ke kiri-kanan memikirkan kemungkinan langkah terbaik, waktu ku sempit, dan jarak mereka semakin dekat saja dengan kursiku ini dan.. "BOOM".. Jangtungku melonjak sesaat serasa tertembak karena begitu tertekannya ketika melihat mereka melewatiku, kabar baiknya, yaaa, rupanya mereka hanya lewat begitu saja, "huh..." aku mengatur nafas, aneh memang, ini mungkin hanya pikiranku saja. Mereka itu ternyata memang orang biasa dengan pakaian yang kebetulan sama dengan yang biasa digambarkan dalam berita. Aku menunduk sambil memejamkan mataku dan tetap mengatur nafas.

Baru saja berhasil menenangkan nafas, tiba-tiba saja.. "Dug!", dipinggirku seseorang tengah duduk, aku kaget dengan caranya yang tiba-tiba muncul tanpa sempat aku perhatikan sebelumnya, aku menoleh dan dia tersenyum. Salah, tebakanku rupanya salah, gerakan mereka lewat tadi hanya gimik untuk mengalihkan perhatianku dan mengirimkan orang lain disampingku secara halus.

Tubuhnya lebih mendekat lagi padaku dan entah apa yang akan dia lakukan tangannya sepeti bermaksud memegang kepalaku, namun tidak terjadi karena aku dengan cepat segera melompat pergi dan lari. 
"Hei kenapa pergi?", mendengarnya mengucap kalimat itu aku seakan mendapat ancaman yang memompa tubuhku untuk lari lebih cepat lagi.
"Siapa pula dia, meskipun dia seseorang yang merupakan bagian dari keluarga yang baru aku ketahui, atau teman lama yang telah aku lupa wajahnya, tapi caranya muncul membuat aku harus berhati-hati. Bisa saja dia memang bagian dari mesin pembunuh yang sering diberitakan itu. Datang secara halus, bersikap ramah dan menikam diam-diam, pergi dengan elegan bagai sebuah pertunjukan sulap yang tak dapat terlihat detail proses kejadiannya..", pikiranku bersahutan.

Ah tapi entahlah. Entah benar atau salah prasangka ku ini, yang pasti aku tetap harus waspada. Akhir-akhir ini rasanya aku jadi terlalu cepat parno karena mendengar banyak berita aneh di negeri ini, khususnya soal "Pembunuhan dibalik kursi", bagaimana berita itu tidak menjadi teror, bayangkan saja tragedi pembunuhan yang biasanya menimbulkan keributan suara tembakan atau desingan logam yang beradu, kali ini sudah kalah populer oleh tragedi pembunuhan yang dapat menghilangkan beribu nyawa hanya dengan duduk manis dikursi, sunyi, dan tak ada sidik jari.

Aku masih berjalan meskipun kali ini jalanku lebih lambat dari sebelumnya, mengingat aku perlu mengatur nafas, dan sepertinya sudah lebih jauh dari tempat duduk tadi. Dan di ujung jalan itu aku seperti melihat perlindungan terbaik ku, itu dia pengemis yang seringkali aku datangi, rasanya lebih baik pergi ke sana saja, mungkin kita bisa bekerja sama jika ada ancaman, setidaknya orang itu mengenaliku amat baik.

Dan benar saja, dari kejauhan seperti biasa dia melambaikan tangannya, "Hei hahaha sini.. sini.. rupanya kau masih juga mengunjungiku hari ini, kemari biar kuceritakan lagi keadaanku dan negeriku saat ini.. ya.. ya.. begitu.. sini duduk manis kucing pintar..".

Bandung, 26 April 2020

4 komentar:

  1. Balasan
    1. Waaah yang nama akunnya kembaran raisa, terimakasih sudah membaca

      Hapus
  2. Jadi si tokoh 'aku'pembunuhnya kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi siapa pembunuhnya dan siapa si tokoh 'aku' hayooo coba di baca lagi hehe

      Hapus